SEPAK BOLA KERTAS
HALLOHAAA
Namaku Ajeng, mahasiswa ngapak dari
Purwokerto.
Pernahkah kalian berfikir? Masa kecil
lebih indah dari sekarang? Kalo aku ga pernah, tapi sering hehe.
Yang paling membekas dari masa
kecilku..
Dulu aku kemana-mana bersama mamasku,
setiap pulang sekolah selalu ngeluyur apalagi kalau libur dari terbit matahari
sampai sudah gelap baru pulang sampai-sampai bapak & ibu capek marahinya.
Apa aja sih seharian yang aku dan teman-temanku
seharian lakukan?.Hobi kita berpetualang hahaha, sepedaan sampai tersesat,
ketemu sungai kita turun, sawah udah jadi sahabat kita, kebun, rumah kosong
kita jadikan markas, sampai kecemplung lubang lumpur di sawah pun pernah :D
Kalo lagi berhalangan berpetualang
kayak bolang, permainan sederhana tapi membahagiakan seperti litongan
seperumahan (petak umpet Bahasa normalnya), gatengan, main bola kertas, main
kasti, gobak sodor, layangan,
masak-masakan, guru-guruan, sampe main berbie dari kertas yang dibeli di bakul
mainan di sekolah. Semuanya seru!
Nah! Now, inyong akan menjelaskan
permainan yang selalu mengundang sorak-sorai dan permaianan yang panas yaitu…..
dururudumdumdum…. Sepak Bola kertas.
Di perumahanku dulu ga perempuan atau
laki-laki mainya campur jadi satu, dan permainan yang udah jarang ditemukan
sekarang ini sangat murah, peralatanya hanya kertas. Bisa dimainkan secara
individual atau group. Apa aja sih yang harus dilakukan untuk melakukan
permainan ini?
1. Siapkan kertas
Tips:
pilih kertas yang ga tipis dan jangan terlalu tebal, kalian tau sampul buku
tulis sekolah? Itu terbaik kekuatanya super.
2. Bentuk kertas
· Gawang : sekreatifnya kalian
· Pemain : cukup lipat dua kertas.
3. Siapkan lawan bermain, jangan
sendirian ya ngenes bgt :’)
4. Siap dinikmati :D
5. Tegakan keadilan yaa jangan curang
mainanya hihi
Nah simple dan menyenangkan kan ya memang tak dipungkiri permainan-permainan seperti sudah mulai
tergeser dengan game-game yang ada di generasi gadget seperti sekarang ini, but
dekadek kalian juga harus ngrasain asiknya sensasinya bermain dengan teman
bukan cuman asik berduan dengan gadget.
*ditulis oleh Rah Ajeng Sekarningtyas, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Thursday, 13 October 2016
Posted by Unknown
ANEKA PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH
Siapa disini yang tidak tahu permainan congklak? Hayoooo ngaku~
Hai hai semuanyaaa!!! J ^_^
Salam HOM PIMPA!!
Kali ini aku mau berbagi cerita sedikit nih…
Diantara kalian pasti sudah tidak asing kan
dengan permainan-permainan tradisional seperti congklak, engklek, lompat tali,
ular naga, petak umpet, dan sebagainya? Nah disini nanti aku mau ceritain sedikit
pengalamanku sewaktu aku memainkan berbagai permainan tradisional tersebut.
Sebelum aku mulai cerita, aku mau tanya dulu nih, kalian pernah memainkan
permainan apa saja? Lalu permainan apa yang paling kalian senangi?
Dulu sewaktu kecil aku sangat senang untuk
bermain beraneka macam permainan tradisional bersama dengan teman-teman di
dekat rumahku. Kami biasanya bermain di lapangan ataupun halaman rumah dan
biasanya kami bermain tiap sore hari ataupun di hari libur. Permainan yang
paling sering aku mainkan sampe sekarang ini yaitu CONGKLAK :D
Siapa disini yang tidak tahu permainan congklak?
Hayoooo ngaku~
Tapi aku pikir semua pasti sudah familiar ya
dengan permainan yang satu ini. Cara memainkannya pun sangat mudah. Pertama-tama
yang perlu kita siapkan yaitu papan congklak dan juga biji congklaknya atau
yang biasa dibilang dengan ‘kecik’, tapi dulu pernah juga sih gara-gara
keciknya hilang jadi kita pakai kerikil hehe… Kemudian setelah itu,
masing-masing lubang yang berukuran kecil diisi dengan kecik sejumlah 7 butir
(lubang pada papan congklak ada 16, yaitu 14 lubang kecil dan 2 lubang besar).
Kemudian lubang besar yang berada di sebelah kanan pemain itu dianggap menjadi
miliknya. Permainan dimulai dengan salah seorang pemain mengambil kecik pada
salah satu lubang kecil miliknya kemudian dibagikan satu persatu ke lubang
kecil di kanannya dan seterusnya sampai habis. Jika habis di lubang kecil milik
sendiri ataupun lawan yang masih terisi, maka bisa mengambil lagi kecik di
lubang tersebut dan mengulangi hal yang sama (membagi ke lubang di sebelah
kanannya). Jika kecik habis di lubang kecil milik sendiri dan lubang dalam
keadaan kosong, maka kita bisa mengambil kecik lawan pada lubang di depan
tempat kita berhenti. Jika kecik habis di lubang kecil milik lawan, maka kita
tidak dapat apa-apa. Dilakukan berulang-ulang sampai kecik pada lubang kecil
habis ^_^
Kemudian permainan lainnya yaitu LOMPAT TALI.
Kalian pasti pernah memainkannya kan? Dulu kita sering memakai karet gelang
yang dirangkai sebagai talinya. Nah dulu aku paling deg-degan kalau teman-teman
mengajak bermain lompat tali hehe.. kenapa? Ya karena aku gabisa mainnya L hehe padahal teman-teman lainnya pada jago-jago :”””) sedih yaaaaa…
Oke next hehe… permainan selanjutnya yaitu PETAK
UMPET :D
Permainan ini biasanya dimainkan beramai-ramai.
Untuk menentukan siapa yang jaga pertama kali, biasanya dengan cara hom pimpa
hehe pada tau kan itu gimana? :D kemudian setelah mendapatkan seorang yang bertugas menjaga sambil tutup
mata dan berhitung, teman-teman yang lainnya cepat-cepat bersembunyi di tempat
yang dianggap aman. Kemudian si penjaga mulai mencari teman-temannya yang
bersembunyi, jika ada yang tertangkap oleh si penjaga maka orang itulah yang
akan bergantian menjadi penjaga, jika tidak ada yang tertangkap maka biasanya
akan dipilih dengan cara baris di belakang penjaga atau biasa disebut
‘nomeran’.
Permainan yang selanjutnya ini yaitu permainan
yang biasanya paling banyak diminati :D
hayooo ada yang tahu gak nih permainan apa? :D ULAR NAGA ^_^
Cara bermain ular naga ini sangatlah mudah lho… kita
cuma butuh orang yang banyak :p setelah itu kita pilih 2 orang yang bertugas menjadi terowongannya,
lalu yang lainnya berbaris dengan memegang bahu atau pinggang teman di depannya,
yang paling depan biasa disebut dengan ‘induk’, lalu anak yang berbaris tadi
langsung berjalan berurutan melewati bawah terowongan dan mengitarinya sambil
menyanyikan sebuah lagu dan saat lagu berhenti 2 orang yang bertugas menjadi
terowongan akan menangkap satu anak dari barisan induk tadi. Setelah ada yang
tertangkap lalu sang induk menanyakan kepada anak yang tertangkap tersebut
ingin memilih pada terowongan yang mana yang akan ia tempati (mengikuti
dibelakang salah satu terowongan). Setelah anak tadi menempatkan diri maka permainan
akan dilanjutkan lagi dan mereka mulai menyanyikan lagu lagi hingga sang induk
kehabisan anak dan akhirnya permainan selesai. Yeayyy~ ^_^
Eh iya nih aku tuliskan lagu ular naga yaaa
sebelum kelupaan :p :D *maklum pikun*
Ular
naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar
selalu kian kemari
Umpan
yang lezat itulah yang dicari
Ini
dia lah yang terbelakang
Nah ini nih permainan terakhir yang sering aku
mainkan :D *akhirnya sampai akhir juga haha*
Ada yang tahu cublak-cublak suweng? Atau kalian
pernah memainkannya? Pasti kalian sering memainkan itu kan yaa… jadi
cublak-cublak suweng itu bisa kita mainkan dengan jumlah pemain minimal 3 orang
dengan yang 1 menjadi Pak Empo, untuk menentukan siapa yang akan jadi Pak Empo
dapat kita lakukan dengan cara Hom Pimpa. Setelah mendapatkan yang menjadi Pak
Empo, kita semua menempatkan diri dengan duduk melingkar dan Pak Empo ditengah
dengan posisi membungkukkan badan dan masing-masing dari pemain lainnya menaruh
satu telapak tangan di atas punggung Pak Empo kemudian salah seorang pemain
mengambil benda kecil sebagai benda yang nantinya akan disembunyikan di tangan
salah satu pemain. Lalu permainan dimulai dengan menyanyikan lagu cublak-cublak
suweng sambil memutarkan benda tadi dari satu tangan ke tangan lain di
sebelahnya.
Nih buat yang belum tau lagu cublak-cublak
suweng, aku kasih gratis :D
Cublak-cublak
suweng
Suwenge
ting gelenter
Mambu
katundung gudhel
Pak
Empo lera-lere
Sopo
ngguyu ndhelikake
Sir-sir
pong dhele kopong
Sir-sir
pong dhele kopong
Dan pada saat bait terakhir dari lagu, Pak Empo
bangun dan menebak benda tadi berada di tangan pemain yang mana, karena tangan
semua pemain tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu dan jari telunjuknya di
gesek-gesekkan jadi Pak Empo sedikit kesusahan menebak hehe…
Apabila Pak Empo salah menebak maka permainan
akan dimulai lagi dari awal, akan tetapi jika Pak Empo dapat menebak dengan
benar maka pemain yang tertebak tadi akan bertukar posisi menjadi Pak Empo.
Yeayyy!!! Akhirnya selesai juga nih sedikit
ceritaku tentang permainan tradisional ini… maaf ya kalau cuma sedikit hehe…
lain kali kalau sedang tidak sibuk pasti aku akan lanjutkan menulis lagi yaaa…
semoga bermanfaat J ^_^
*ditulis oleh Betari Ayuningtyas, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Wednesday, 12 October 2016
Posted by Unknown
SEKOTAK KENANGAN
“Sekalipun waktu telah beranjak pergi dan permainan-permainan itu telah membungkam mulutnya. Nilai-nilai yang tumbuh darinya bukanlah sesuatu yang dapat dibunuh mati, bertahan dan berjalan dalam tindak
Hari Minggu. Matahari
berjalan pelan ke arah Barat menjemput senja. Pelan-pelan langkah Danar
berjalan menuju ke luar rumah. Danar merupakan seorang mahasiswa di sebuah
universitas daerah Surakarta. Saat ini ia sedang menikmati masa libur kuliah di
kampung halaman, Yogyakarta. Sore hari, dia berencana ke luar rumah untuk
melepas penat. Sepeda ontel berwarna coklat ia keluarkan dari garasi.
“Duh, bannya
kempes.” Keluhnya
“Dipompa di tempatnya
Candra, Le!” Ibu berteriak dari dalam rumah. Candra adalah tetangga rumah
yang mempunyai pompa sepeda.
“Inggih, Buk.”
Tanpa ragu
Danar menuntun si Semar, nama sepeda ontelnya, ke rumah Candra. Lima menit
menjelang, dia kini tepat di depan pintu rumah Candra.
“Kula nuwun, Candra!” Danar memanggil
sembari mengetuk pintu rumah Candra.
“Sinten, nggih?” terdengar suara Candra
dari dalam rumah.
“Danar,
Ndro!” teriak Danar.
“Owalah,
Danar. Kapan pulang dari Solo? Mau pinjem pompa, ya?”
“Udah dari
hari Rabu kemarin. Wah, tau aja, Ndro, hahaha. Udah lama ndak sepedaan, pengin
muter-muter kampung.”
“Oke, bentar
aku ambilin pompanya.”
Danar memompa
ban sepedanya. Setelah selesai, ia berpamitan kepada Candra dan tak lupa
mengucapkan terimakasih. Ia kayuh si Semar sembari menelisir jalan yang dulu
sering dilewatinya menuju sekolah bersama teman-teman. Seketika pikiran pulang
ke masa lampau.
“Nanti kalau
udah pulang sekolah ke rumah Pak Sur, yuk. Nekeran!” celoteh Danar kecil
kepada teman-temannya, Adi, Desta, Fahnan, Ali, Citra dan Emi.
“Ya, nanti
aku diampiri, ya!” jawab Fahnan.
Danar ingat,
waktu itu ia masih kelas tiga SD. Jarak rumah ke sekolah dapat ditempuh hanya
dengan berjalan kaki. Rumah teman-teman juga tidak terlalu jauh dengan
rumahnya, jadi setiap berangkat ke sekolah mereka selalu bersama-sama.
Sepanjang jalan menuju sekolah mereka isi dengan membicarakan agenda rutin seusai
pulang sekolah nanti, yaitu bermain. Citra dan Emi sibuk membicarakan mainan
orang-orangan dari kertas.
“Eh, ada
orang-orangan baru ndak ya di Bu Asih?” celoteh Emi kepada Citra. Bu Asih
adalah penjual mainan anak-anak di SD. Emi dan Citra selalu update orangan-orangan yang terbuat dari
kertas beserta segala jenis baju dan perlengkapannya.
Sementara Danar
kecil dan yang lain memperbincangkan neker
dan pong-pongan. Neker adalah sebutan lain dari kelereng,
sedangkan pong-pongan adalah binatang
kepompong yang seringkali ditemukan di pantai. Dulu ada beberapa jenis
permainan kelereng, ada yang dengan lubang dan yang satunya dengan garis.
Biasanya anak-anak lebih sering memainkan kelereng dengan membuat lubang karena
lebih mudah dimainkan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Salah satu dari teman-temannya
ada yang membuat lubang kecil, setelah lubangnya jadi, mereka membuat garis
star dengan jarak lima langkah dari lubang. Permainan dapat dimainkan oleh
banyak pemain. Pemain bersiap di belakang garis dengan membawa kelereng
masing-masing. Kelereng dilempar menuju lubang. Sasaran utama adalah kelereng
masuk ke lubang. Pemain yang kelerengnya masuk ke dalam lubang, ia berhak
bermain pertama kali dan membidik kelereng lawan. Kelereng yang terbidik
dinyatakan mati, dan kelereng yang dapat bertahan paling akhir ialah yang
menjadi pemenang. Jika kelereng tidak ada yang masuk ke lubang, pemain yang
pertama kali main adalah ia yang kelerengnya terletak paling dekat dengan
lubang. Tugas utamanya adalah memasukkan kelereng menuju kelubang dengan cara
menyentil kelereng tersebut dengan tangan, begitu juga dengan pemain lainnya.
Kemudian, setelah itu baru bisa menyerang kelereng lain. Pemain yang dinyatakan
gugur dalam permainan adalah mereka yang terbidik kelereng lawan dan yang
kelerengnya masuk lagi ke lubangg untuk ke dua kalinya.
Ada persamaan antara
kelereng dengan permainan pong-pongan
yaitu sama-sama dengan membuat lubang di tanah dan dapat dimainkan oleh banyak
pemain. Lubang tersebut dimasukan air hingga penuh dan diaduk hingga keruh.
Kenapa harus keruh? Kekeruhan merupakan rintangan yang harus dilalui pong-pongan dan para pemain tidak mudah
menebak serta sabar menunggu kepompong siapa yang muncul pertama di permukaan.
Cara bermainnya adalah masing-masing pemain memegang satu pong-pongan dan dimasukkan ke lubang tersebut secara bersama-sama. Pong-pongan yang pertama kali muncul
ialah pemenangnya.
Begitulah
gambaran permainan Danar kecil.
***
Danar masih
mengayuh sepeda pelan. Saat ini ia meleawati rumah Pak Sur. Rumah tersebut
sudah kosong sejak lama. Nama pemiliknya adalah almarhumah Pak Sur. Anak-anak
sering kali bermain di sana, selain halamannya luas, rumah Pak Sur juga jauh
dari rumah lain sehingga ketika bermain di sana suara Danar dan kawan-kawan
tidak mengganggu para tetangga yang sedang beristirahat di rumah. Mata Danar
masih mencoba mencari-cari ingatan yang tenggelam sejak berpuluh tahun yang
lalu. Dia ingat bahwa dulu pernah bermain gul-gulan
di sana, kasti, jamuran, pak ekong
(petak umpet), dan egrang dengan teman-temannya. Teman-teman Danar kecil
beragam, mulai dari kakak kelas, adik kelas, dan tetangga dusun.
Dulu tempat itu
selalu ramai setiap sore. Senja tak pernah kesepian dibuatnya. Sekarang, rumah
kosong itu semakin terlihat kosong. Sepi. Tidak ada anak-anak bermain di sana.
Danar tersenyum tipis sembari memandangi kenangan yang tersemat di dinding-dinding
rumah Pak Sur. Kemudian, ia mengayuh sepedanya pulang ke rumah.
“Sekalipun waktu telah beranjak pergi dan
permainan-permainan itu telah membungkam mulutnya. Nilai-nilai yang tumbuh
darinya bukanlah sesuatu yang dapat dibunuh mati, bertahan dan berjalan dalam
tindak.“ kata Danar menutup senja hari ini.
*ditulis oleh Galih Ratna Puri Palupi, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Tuesday, 11 October 2016
Posted by Unknown
LAYANG – LAYANG
Ku ambil bulu sebatang…Ku potong sama panjang…Ku raut dan ku timbang dengan benang…Ku jadikan layang-layang…Bermain, berlari, bermain layang-layang…Bermain ku bawa ke tanah lapang…Hati gembira dan riang…
Ada yang masih ingat
dengan lirik lagu di atas?
Ya, lirik lagu diatas
menggambarkan betapa menyenangkanya bermain layang-layang. Ketika aku masih
kecil. hampir setiap sore aku bermain layang-layang, berkumpul dengan
teman-teman, memainkan layang-layang bersama, berlari ke ladang, ke pasar untuk
mengejar layang-layang yang putus, sungguh menyenangkan dan teramat sulit
dilupakan. Dahulu aku dan teman-teman membuat sendiri laying-layang yang akan
kami mainkan, membuatnya cukup mudah. Pertama, kalian harus menyiapkan bambu kering
dengan panjang 45 cm atau sesuai dengan selera kalian, kemudian diraut hingga
membentuk batang kecil, bentuknya seperti tusuk sate ya bukan tusuk gigi, hehe,
cukup membuat dua saja untuk satu buah layang-layang. Kedua, bentuk dua batang
bambu menjadi kerangka layang-layang dan ikat menggunakan benang. Ketiga,
memasangkan kertas minyak, pada kerangka layang-layang yang sebelumnya sudah
dibuat. Keempat, rekatkan kerangka layang-layang dengan kertas minyak
menggunakan lem kertas. Terakhir, pasang tali goci pada layang-layang, ada yang
tahu apa itu tali goci? Yap, itu lho simpul tali di layang-layang agar
layang-layang bisa terbang, kalau di tempat kalian namanya apa?
Layang-layang termasuk
permaainan tradisional yang sampai sekarang masih bisa kita jumpai, walaupun
sudah tidak sebanyak dahulu. Sekarang, banyak sekali permainan tradisonal yang
digantikan oleh permainan modern, seperti game online. Aku bersyukur terlahir
di masa dahulu ketika berkumpul dengan teman-teman sambil bermain layang-layang
adalah hal yang paling menyenangkan, aku harap anak-anak sekarang dapat
merasakan bagaimana asyiknya bermain layang-layang bersama teman-teman.
*ditulis oleh Alwan Ulinnuha, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Monday, 10 October 2016
Posted by Unknown
NOSTALGIA BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL
Saya pun kembali pada ingatan 14 tahun silam dalam kehidupan saya, saat dimana permainan seperti lompat tali, ucing sumput (biasanya dinamakan petak umpet), bebentengan, engklek, congklak, ular naga dan bekel sedang Berjaya
Siapa yang tak kenal
gadget, handphone, iphone, dan segala barang modern lainnya di zaman sekarang
ini? nah kemarin, (saya mau sedikit bercerita) saya sedang asyik bermain
‘tangan’ di depan layar gadget ketika akhirnya saya menemukan suatu post
mengenai komunitas unik yang bergerak di bidang pelestarian permainan
tradisional. Keren! (gumam saya). Namanya adalah Komunitas Anak Bawang, lalu
dengan segala hasrat ke-kepo-an saya, akhirnya saya dengan khusyuk membaca
poster komunitas tersebut, stalker instagram,
pun web yang tak lupa saya jamah.
Lalu saya terdiam dan berpikir. . . .
Ternyata akan
menyenangkan jika diumur saya yang sudah semakin tua dewasa ini, saya
masih bisa bermain permainan tradisional yang biasa saya mainkan dulu ketika
hidup saya masih menginjak tahun ke 5. Tentu itu akan menyenangkan, ditambah
bermain bersama adik-adik yang lain, tentu akan membuat saya kembali mengenang
saat-saat bahagia nan polos itu.
Dan…VOILA! Saya pun
kembali pada ingatan 14 tahun silam dalam kehidupan saya, saat dimana permainan
seperti lompat tali, ucing sumput
(biasanya dinamakan petak umpet), bebentengan, engklek, congklak, ular naga dan
bekel sedang Berjaya. Masih Berjaya,
saat itu.
Mengenang betapa
bahagianya bermain lompat tali yang bisa dimainkan sendiri atau bertiga (yang
melompat yang di tengah) melompat-lompat dengan kaki yang lincah untuk menghindari
bersentuhan dengan talinya (yang ternyata adalah karet gelang). Namun biasanya,
saya lebih ekspert jika bermain lompat tali sendiri, hahaha. Permainan lompat
tali ini banyak dimainkan oleh anak perempuan dibandingkan oleh anak lelaki,
atau anak lelaki lebih memilih memegang kedua sisi talinya saja. Hmm, kenapa
seperti itu ya.. menggemaskan!
Permainan lain adalah
petak umpet! Jika di tanah Sunda, permainan ini biasa disebut dengan ucing
sumput, jika di jawa di sebut dengan …. Dan berbagai sebutan lain dari daerah
lainnya. Permainan petak umpet inilah yang paling fleksibel dimainkan ketika
sedang jam istirahat sekolah dasar, hahaha. Sesuai dengan namanya, dalam
permainan ini kita harus bisa ngumpet atau
bersembunyi di tempat manapun sehingga tidak ketahuan dan menang. Yeay!
Permainan yang simple namun berkesan karena dipenuhi dengan suara ‘dor’ dan
gelak tawa sesudahnya.
Bebentengan ini adalah
permainan menjaga bentengmu dari sentuhan tangan lawan yang berusaha
menghancurkan bentengmu, biasanya sebelum lawan berhasil mencapai bentengmu,
anggota bentengnya sudah berhasil menangkap dan menyanderanya. Dan kamu harus
bisa menyelamatkan anggota bentengmu itu. Dalam permainan ini, anak-anak
diajarkan untuk dapat bergerak cepat, gesit, tolong menolong dan peduli
terhadap sesama teman. Sungguh permainan yang keren!
Dan permainan terakhir
yang bisa dimainkan secara seru dan berbanyak adalah ularnaga, permainan ular
naga ini tidak memakai alat permaianan tradisional apapun sama seperti petak
umpat dan bebentengan, namun dibutuhkan kelincahan, dalam permainan ular naga
ini dibagi menjadi 2 baris yang terdiri dari 2 baris, dan orang yang terdapat
di barisn terdepan lah yang harus bisa melindungi ‘anak-anak’ di belakangnya
agar tidak direbut oleh tim lawan. Tim yang paling banyak memiliki ‘anak’
adalah tim yang menang. Dan bermain ular naga ini meski cukup melelahkan karena
harus berlarian dengan gesit mengikuti barisan, namun akan merasakan gelak tawa
dan kekompakan tim yang luar biasa. Patut di coba lagi!
Berbagai permainan
tradisional lainnya yang tak bisa dijelaskan di sini juga mempunyai cara
bermain dan keseruannya tersendiri.
Lalu dengan mantap
saya memutuskan niat…
Saya harus ikut
Komunitas Anak Bawang!
Selesai.
*ditulis oleh Tridian Kusumadewi, Volunteer Komunitas Permainan Tradisional
Saturday, 8 October 2016
Posted by Unknown
NOSTALGIA BERSAMA BERMAIN PETAK UMPET
Di dalam permainan ini, orang yang terakhir kali disebutkan namanya oleh penjaga dan tidak dapat menyentuh Hong maka dialah yang jaga selanjutnya
Libur
sekolah telah tiba! Rere sangat senang sekali menyambut liburan sekolah kali
ini. Karena ia ingin berkunjung ke rumah neneknya yang berada di Bandung
sekaligus bertemu teman-teman lamanya di sana. Malam ini ia segera
mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk menginap selama seminggu dan esok
pagi ia harus berangkat ke Bandung bersama mama dan ayah.
Pagi
harinya, ia segera berangkat ke rumah neneknya. Di perjalanan, Rere sudah
menantikan saat-saat ia bertemu dan bermain bersama dengan teman-temannya.
Siang harinya, Rere tiba di rumah nenek dan ternyata beberapa teman Rere ikut
menyambutnya di rumah sang nenek. Mereka langsung berpelukan karena sudah
hampir dua tahun tidak bertemu. Sekarang Rere dan teman-temannya menginjak
bangku kelas 5 sekolah dasar, sehingga tentunya banyak terjadi perubahan di
diri mereka. Setelah saling bertemu dan bertegur sapa, Rere, Nisa, dan Dila
diajak makan siang bersama di rumah nenek. Sembari makan, mereka asyik
bercerita tentang kehidupan mereka di sekolah. Selesai makan siang, Nisa dan
Dila mengajak Rere bermain permainan yang sering mereka lakukan sewaktu masih
kecil, yaitu bermain petak umpet. Sampai saat ini, petak umpet menjadi salah
satu permainan tradisional yang mereka gemari. Selain itu, permainan petak
umpet juga sudah jarang dimainkan oleh banyak orang karena tergantikan dengan
permainan modern yang lainnya. Jadi hitung-hitung mereka bernostalgia bersama,
merasakan kebahagiaannya dalam memainkan permainan ini dengan cara mencari
teman yang sedang mengumpat dan dulu-duluan untuk memegang tempat yang disebut
dengan “Hong”, serta mereka juga dapat berolahraga karena harus berlari dalam
hitungan waktu mencari tempat persembunyian yang berbeda dengan temannya.
Rere
pun menyetujui tawaran yang diberikan oleh Nisa dan Dila. Kemudian mereka juga
tak lupa untuk mengajak main beberapa teman lainnya agar lebih seru dan sulit
tingkatannya karena satu orang yang jaga akan mencari beberapa orang untuk
ditemukan. Akhirnya mereka dapat mengajak lima orang teman lainnya, jadi total
mereka adalah delapan orang. Untuk menentukan siapa orang yang jaga, mereka
melakukan hompimpa. Ternyata dua orang yang tersisa adalah Rere dan Nisa,
kemudian mereka suit untuk menentukan siapa yang kalah dan bertugas sebagai
orang yang jaga. Setelah dilakukan tiga
kali suit, akhirnya didapatkan orang yang kalah, yaitu Nisa. Ia berjaga di
tempat Hong dengan berbalik badan dan menutup mata. Dalam hitungan ke sepuluh,
ketujuh orang yang lain sudah harus berpencar mencari tempat persembunyian.
Nisa pun bergegas menutup mata, lalu ia mulai berhitung, “7… 8… 9… 10… siap
nggak siap aku mulai cari yaa”. Ia pun segera mencari teman-temannya dengan
memperhatikan tempat Hong agar tidak keduluan oleh teman-temannya. Setelah beberapa
langkah berjalan, ia melihat Lulu dan Asri yang sedang mengumpat di balik
tembok rumah orang. Nisa pun segera lari menuju Hong untuk menyebutkan nama
Lulu dan Asri. Mereka berdua pun segera lari dari persembunyian untuk balapan
dengan Nisa menuju Hong. Namun Nisa berhasil lebih dulu. Kemudian Nisa mulai
mencari kelima orang lainnya. Ia melihat ada Elsa yang bersembunyi di balik
mobil, ia langsung berlari ke arah Hong, namun dari arah yang berlawanan ada
Dila yang berlari menuju Hong dan lebih dulu menyentuhnya. Nisa hanya bisa
menyebutkan nama Elsa saja. Di dalam permainan ini, orang yang terakhir kali
disebutkan namanya oleh penjaga dan tidak dapat menyentuh Hong maka dialah yang
jaga selanjutnya.
Karena
melihat Dila dari arah sebaliknya, maka Nisa memutuskan untuk mencari dari arah
sana. Nisa berkata, “Vivi, Rere, Fia… kalian dimana sih? Susah sekali untuk
mencari kalian. Ini sudah jauh dari Hong, tapi kalian tidak nampak juga.
Sedikit lagi hari mulai gelap, masa aku tidak berhasil menemukan kalian sih?”.
Ternyata Vivi, Rere, dan Fia mengumpat di tempat yang berdekatan, yaitu di
gang-gang yang bercabang. Di balik persembunyian, mereka terkekeh mendengar
teriakan dari Nisa. Ketika Nisa melewati gang tersebut, Rere memberi aba-aba
kepada Vivi dan Fia untuk cepat berlari menuju Hong. Mereka bertiga akhirnya
keluar dari persembunyian dan dengan seketika Nisa yang melihat mereka bertiga
langsung lari menuju Hong. Rere dan Nisa memang cepat dalam berlari. Namun Rere
lebih dulu menyentuh Hong, tetapi kedua temannya Vivi dan Fia kurang berhasil
dan nama Fia yang disebut belakangan oleh Nisa. Hal ini berarti Fia yang
selanjutnya berjaga. Setelah mereka berhasil diketemukan dan berkumpul semua di
Hong, mereka semua tertawa karena merasa seru dan sudah lama tidak memainkan
permainan ini.
“Rereee,
pulang nak sudah mau maghrib nih. Kamu kan belum istirahat.” Tiba-tiba dari
rumah neneknya, Ibu Rere memanggil meminta anaknya untuk segera pulang.
Kemudian yang lainnya menyetujui, karena mereka belum mandi sore dan tidak baik
ketika maghrib mereka berada di luar rumah. “Yah berarti Fia belum kena jaga
yaa.. padahal lagi seru-serunya! Fi, kamu harus cobain jadi aku yang jaga dan
harus mencari kalian satu-satu, rasanya deg-degan hahaha.” Nisa melanjutkan
percakapan. Akhirnya sebelum pulang, mereka semua sepakat untuk bermain kembali
keesokan harinya.
*ditulis oleh Ririn Hernawati, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Friday, 7 October 2016
Posted by Unknown
KENANGAN MANIS 10 TAHUN YANG LALU
Terimakasih petak umpet, bola bekel, kelereng, dan permainan-permainan lainnya, berkat kalian masa kecil saya penuh warna, canda, dan tawa.
Tepat 10 tahun yang lalu, saat usia saya dan teman-teman
saya berkisar 9-11 tahun. Ada momen yang paling kami nantikan dimana saat jam
menunjukkan pukul 4 sore, kami berkumpul di halaman rumah teman saya. kami
berbaur sekitar 8-10 anak membentuk satu lingkaran dan memulai mantra ajaib
kami “hom pim pah alaium gambreng” dan permainan kami dimulai.
Permainan favorit kami adalah petak umpet. Satu orang
berjaga sambil berhitung dan yang lainnya berburu tempat untuk bersembunyi. Si
penjaga menutup mata sambil berhitung entah hitungan pelan atau cepat, kami
punya aturan masing-masing. Saat si penjaga mulai menghitung “siji…loro…” dan
seterusnya, kami berlarian mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak
diketahui oleh si penjaga. Oiya, kami berasal dari Jawa Tengah, bahasa Jawa
sudah menjadi bahasa keseharian kami.
Siapapun yang menjaga pasti akan kewalahan mencari kami.
Jangan dikira kami hanya bersembunyi sekitar 10 meter dari si penjaga, kami
bisa bersembunyi antar kampung dengan jarak 1 km dari si penjaga, bahkan bisa
lebih. Bisa dibayangkan kan bagaimana susahnya menjadi penjaga. Saat kami
ketahuan bersembunyi pun kami akan berlari sekuat tenaga agar mencapai tempat
penjaga dan bersorak saat kami bisa menyentuh tempat penjaga terlebih dahulu.
Lelah sudah pasti, tapi kami menikmatinya bahkan selalu ada
canda tawa di sela-sela permainan kami. Kami belajar berlari dengan cepat,
belajar mengatur strategi, dan pastinya mengasyikan. Adzan magrib menjadi penutup
permainan kami karena konon saat magrib datang, ada hantu-hantu berkeliaran
yang siap menculik anak-anak yang masih bermain. Begitu polosnya, kita pun
percaya dengan dongeng tersebut.
Terkadang saya rindu ketika saya mengulang cerita 10 tahun
lalu, saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu handphone belum
secanggih sekarang, belum ada handphone full layar sentuh seperti sekarang.
Permainan kami sepenuhnya berhubungan dengan fisik dan orang lain, mulai dari
petak umpet, kelereng, lompat tali, dan sebagainya. Terkadang seharian kami
habiskan bermain di lapangan sampai lupa waktunya makan dan mandi. Masa yang
menyenangkan, yang selalu menghadirkan tawa saat sekarang kami berkumpul
kembali bercerita dan mengulang kenangan kami.
Terimakasih petak umpet, bola bekel, kelereng, dan
permainan-permainan lainnya, berkat kalian masa kecil saya penuh warna, canda,
dan tawa.
*ditulis oleh Nadya Rizky Farrecha, Volunteer Komunitas Anak Bawang
Thursday, 6 October 2016
Posted by Unknown