- Back to Home »
- cublak-cublak suweng , Permainan , permainan tradisional »
- cublak-cublak suweng
Posted by : Unknown
Friday, 28 November 2014
![]() |
dolanan cublak-cublak suweng |
Dinamakan Cublak-cublak
suweng mungkin dikarenakan jalannya permainan ini dengan cara dicublek-cublek
(dipukul-pukulkan perlahan). Benda yang digunakan adalah suweng (subang)
yang terbuat dari tanduk yang disebut dengan uwer. Namun, jika uwer sulit
didapatkan, bisa diganti dengan kerikil, biji-bijian, atau apa saja yang
memiliki bentuk mirip suweng.
Selain suweng, cublak-cublak
suweng disertai pula dengan sebuah lagu pengiring. Lagu ini dinyanyikan
pemain sewaktu permainan berlangsung. Syair lagu Cublak-cublak suweng adalah
sebagai berikut:
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak empong lera-lere
Sopo ngguyu ndhelikake
Sir sir pong udele bodong
Sir sir pong udele bodong
Konsep kehidupan dalam lagu Cublak-cublak suweng ini sangat istimewa. Permainan ini
mengajari tentang pencarian harta dalam hidup. Suweng artinya hiasan di
telinga, sebuah benda yang lebih berharga daripada anting, merupakan symbol
harta.
Cublak-cublak suweng dapat diartikan ‘coba tebak dimana tempat
menyimpan harta’. Suwenge ting gelenter mempunyai maksud harta yag
tersebar dimana-mana. Hal ini terlihat pula dalam permainannya dimana
pemain menyembunyikan suweng lalu beredar dari satu tangan ke tangan
yang lain. Mambu ketundung gudhel terdiri dari 3 kata. Mambu artinya
tercium bau. Ketundung artinya yang dituju, sedangkan gudhel artinya
anak kerbau. Anak kerbau identik dengan kebodohan (karena masih berwujud
anak-anak, yang belum matang dan belum tahu banyak hal). Secara garis besar, Mambu
Ketundung Gudhel artinya kabar berita mengenai harta mudah tercium oleh
orang-orang bodoh.
Orang-orang
bodoh selalu mencarinya keluar dari dirinya (mambu ketundhung gudhel)
sehingga ia tetap merasa bingung dalam hidup (pak empo lera-lere).
Sementara orang bijaksana (sopo ngguyu ndhelikake) menyadari bahwa
tempat rahasia (cublak) yang merupakan tempat menyimpan harta sangat
berharga (suweng) yang membuat harta tersebut tersebar dimana-mana (suwenge
teng gelenter) ada di dalam ‘Sir‘ (kata pertama dalam kalimat sir
sir pong dele kopong), Sir adalah hati nurani manusia. Sir sir pong udele
bodong, sir sir pong udele bodong. Sir adalah Hati Nurani, sedangkan
pong udele bodong adalah sebuah ‘sasmita’ atau gambaran tentang wujud
yang tidak memakai apa-apa sehingga udel atau pusarnya kelihatan.
Telanjang atau orang yang tidak memakai artibut apa-apa adalah orang sederhana,
rendah hati, mengedepankan rasa dan selalu memuliakan orang lain. Yang akan
menemukan ‘Cublak’ tersebut adalah orang yang polos, tidak memakai atribut,
tidak memakai ego kepemilikan dan kemelekatan, dan itu bukanlah para
Gudhel! Ia sekali
lagi adalah para pong udele bodong, yaitu orang-orang polos, sederhana,
dan bersih hatinya.
Permainan cublak-cublak
suweng dilakukan di tanah, dimana seorang pemain harus menelungkup
menghadap ke tanah seperti orang yang bersujud. Hal itu mengandung arti bahwa
kita sebagai manusia biasa yang terbuat dari tanah. Kita hanya manusia biasa
yang tidak tahu apa-apa. Namun manusia tetap mempunyai hasrat untuk mencari
harta (suweng). Padahal harta itu tercecer dimana-mana dan semua orang
menginginkannya. Termasuk orang yang bodoh sekalipun. Upaya untuk mendapatkan
harta sebaikanya denga hati nurani yang bersih. Tidak dipenuhi oleh hawa nafsu,
sehingga lebih mudah menemukan harta dan tidak mudah tersesat.
cublak-cublak suweng |
Cublak-cublak suweng dipopulerkan oleh Sunan Giri (Walisongo) untuk
menanamkan hati nurani yang ikhlas dalam mencari harta. Mengajarkan mengelola
harta dengan baik, seperti memberikan sedekah. Dengan sedekah harta tidak akan
berkurang, justru akan mendapatkan ganjaran yag setimpal. Sedangkan harta yag diperoleh dengan cara yang tidak halal,
akan cepat habis.
Permainan ini biasa dimainkan
pada sore dan malam hari terutama pada saat malam bulan purnama di halaman
rumah atau teras rumah.
Cara memainkannya adalah:
¶ Seorang pemain yang kalah dalam suit
atau hompimpah dinyatakan menjadi “dadi” atau penebak.
¶ Pemain Dadi duduk telungkup di
tengah-tengah pemain lain.
¶ Kedua telapak tangan lainnya
diletakkan di tas punggung pemain dadi dengan posisi terbuka.
¶ Salah seorang pemain bertugas untuk
menyentuhkan kerikil berkeliling ke setiap telapak tangan pemain.
¶ Sambil
mengitarkan kerikil, semua pemain harus menyanyikan lagu cublak-cublak
suweng. Ketika syair lagu sampai pada kalimat “sopo ngguyu ndelikake”, salah
satu pemain harus menyembunyikan kerikil pada salah satu tangan pemain tanpa
diketahui oleh pemain dadicublak-cublang suweng |