- Back to Home »
- komunitas anak bawang , komunitas hong , zaini alif »
- dari Z ke A bersama Zaini Alif
Posted by : Unknown
Friday, 26 September 2014
Mohamad Zaini Alif atau yang lebih dikenal dengan Zaini Alif adalah pendiri Komunitas Hong yang merupakan komunitas permainan tradisional yang bisa jadi adalah komunitas pertama yang menginspirasi untuk komunitas lain yang serupa.
Sebuah kehormatan bagi komunitas Anak Bawang untuk bisa bertemu dengan Kang Zaini dan berbincang banyak hal tentang awal mula pendirian komunitas Hong dan permainan tradisional tentunya. Inilah hasil perbincangan sore itu di sebuah warung makan di Surakarta.
Langkah seribu, dimulai dari langkah
pertama.
Dan lakukanlah dahulu, karena bagian
tersulit adalah untuk memulai.
Cerita perjalanan hingga akhirnya
sampai pada komunitas hong seperti sekarang ini ternyata punya cerita yang
panjang.
Dimulai dari ceritanya ketika lulus
dari ITB sebagai wisudawan terbaik. Berbagai tawaran datang dari bermacam
perusahaan mainan di Indonesia (karya tulis S1nya adalah tentang permainan
tradisional), tetapi tak ada satu pun yang diterimanya. Ia justru kemudian
memilih bekerja di sebuah perusahaan mainan dari Amerika yang saat itu sedang
digemari. Enam bulan bekerja di sana, ia telah berhasil mencapai level manajer
desain. Tapi...ada perasaan ewuh pekewuh (bahasa
Jawa: sungkan), karena seperti melangkahi mereka yang sudah lama bekerja di
situ dan masih pada level pekerjaan yang sama. Karena itulah, sebuah keputusan
diambil. Surat pengunduran diri pun diajukan.
Selepas itu, ia kemudian memutuskan
untuk tinggal di Ubud Bali. Merintis usaha souvenir
kecil-kecilan, hingga akhirnya berkembang sampai menjadi komoditas ekspor
dan mempunyai 20 karyawan. Dari seorang karyawannya yang sering meminta ijin
untuk pulang ke rumah dan mengikuti upacara adat, Zaini Alif menemukan sebuah
pemikiran.
Kata si karyawan, “Saya sering pulang
karena jika tidak begitu, siapa yang akan menguburkan saya?”
Dan..di situlah tanya itu berkembang.
Bagaimana dengan saya (Zaini Alif)? Siapa
yang akan menguburkan saya?
Kemudian, dari Bali berpindahlah ia ke
Bandung. Dengan modal membeli tanah 100meter di Dago Atas, dibangunlah sebuah
rumah usaha yang mengangkat kerajinan lokal. Berkembang dari usaha yang kecil
pula, hingga akhirnya menjadi besar. Tapi, buat apa mobil dan segala kenyamanan
materi jika tidak bermanfaat bagi sesama?
Dari petak kecil di sekitar rumah
itulah mulai dilakukan kegiatan yang menjadi pondasi Komunitas Hong. Kegiatan
pengenalan permainan tradisional mulai dilakukan. Mulai dari pengenalan tentang
permainan tradisional hingga acara bermain yang dilanjutkan dengan mengaji.
Dari sanalah, segala bentuk acara bermain itu dimulai. Semula, mereka
bermain-main saja. Lantas semakin bertambah banyaklah orang yang datang untuk berkunjung
dan bermain. Jika yang datang bermain masih bisa dihitung dengan jari, mungkin
tidak jadi soal. Tetapi jika sudah hitungan uang koin, siapa pula yang tidak
merasa capai?
Muncullah ide untuk membuat harga
tiket masuk ketika akan bermain di komunitas Hong. Mula-mula, diberikan HTM
20ribu. Tapi, Pakarangan Ulin (tempat Komunitas Hong bermain) yang semula riuh
ramai oleh kunjungan, menjadi sepi dari kedatangan individu maupun sekolah.
Langkah nekad pun akhirnya dibuat oleh Kang Zaini. Bagaimana kalau tarifnya
kita naikkan menjadi 50ribu? Kata anak-anak di Komunitas Hong, "Aduh Kang,
20ribu saja tidak ada yang datang. Apalagi jika harus membayar 50ribu?"
Tak dinyana tak diduga, dengan tarif
yang jauh lebih mahal, banyak kunjungan mulai berdatangan. Pakarangan Ulin pun
mulai dibanjiri orang-orang yang akan bermain. Uang yang terkumpul pun akhirnya
semakin banyak. Sebagian dari uang itu digunakan untuk memperbesar Pakarangan
Ulin, menambah berbagai fasilitas bermain dan pembangunan guest house. Sebagian lagi disimpan sebagai dana tabungan
pendidikan bagi tiap anak.
Dana tabungan itu, akan diambilkan
dari kehadiran tiap anak. Tiap kehadiran anak, akan dinilai misalnya 50ribu dan
itu akan disimpan ke tiap buku tabungan yang dimiliki tiap anak. Jika nanti
orang tua kekurangan biaya untuk pendidikan anak, misalnya saja, tabungan anak
adalah 2juta tapi biaya yang dibutuhkan 4juta, maka orang tua anak bisa
meminjam dari Komunitas Hong melalui persetujuan forum (ada pertemuan rutin
Rebonan yang diadakan tiap hari Rabu di awal bulan).
Di sinilah uniknya cara pembayaran
pinjaman itu. Jika di bank kita harus menyetorkan uang, tapi di Komunitas Hong
pembayarannya dilakukan dengan kehadiran anak untuk bermain di Pakarangan Ulin.
Semakin sering anak bermain, semakin berkuranglah pinjaman itu. Misalnya saja,
tiap kehadiran anak akan dihitung 50ribu. Pinjaman tersebut akan dikurangi
dengan nominal dari tiap kehadiran dan akan terbayar lunas sesuai kehadiran
anak.
Maka, bermain tidak hanya sekedar
bermain. Aku bermain, maka aku senang.
Dan bukankah hidup adalah permainan
dan senda gurau? Maka, marilah bermain, marilah bersenang-senang, marilah
berbahagia.
Orang
yang paling bermanfaat adalah yang paling berguna bagi masyarakat sekitarnya.
.zaini
alif.
Untuk tahu lebih banyak tentang kang Zaini, bisa dihubungi melalui
twitter : @zainialif
fb : www.facebook.com/zaini.alif