Posted by : Unknown Friday 16 October 2015

Lompat Tali atau Uding

Lompat tali merupakan permainan tradisional yang sangat populer di kalangan anak-anak pada era 80-an. Permainan ini dapat dimainkan secara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak. Lompat tali biasanya dimainkan di halaman rumah atau halaman sekolah. Permainan ini sudah tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali ini bisa ditemukan hampir di seluruh indonesia meskipun dengan nama yang berbeda-beda. Permainan lompat tali biasanya identik dengan kaum perempuan. Tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain.
Peralatan yang digunakan dalam permainan lompat tali yaitu karet gelang sebanyak-banyaknya, kemudian karet gelang tersebut dirangkai hingga menjadi tali yang memanjang. Cara merangkainya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter.
Lompat tali ini mudah dimainkan dan menggunakan alat yang sederhana. Meskipun demikian, permainan lompat tali ini memiliki banyak manfaat, diantaranya:
·         Melatih motorik kasar serta menhindarkan anak dari resiko obesitas melalui lompatan-lompatan yang dilakukan oleh anak.
·         Mengasah kecerdasan kinestetik pada anak.
·         Melatih koordinasi gerak kaki dan mata.
·         Melatih semangat kerja keras anak-anak untuk memenangkan permainan dengan melompati berbagai tahap ketinggian tali.
·     Melatih keberanian anak dan mengasah kemampuannya untuk mengambil keputusan karena anak membutuhkan keberanian yang cukup untuk melompat dengan berbagai ketinggian serta memutuskan untuk melakukan lompatan atau tidak.
·    Menjadi media anak untuk bersosialisasi. Melalui permainan ini, anak dapat belajar lebih sabar, menaati peraturan, berempati dan menempatkan diri dengan baik diantara teman-temannya.
·         Membangun sportivitas anak serta melatih kejujuran saat pemain mengenai karet atau tidak.

Cara bermain:
·    Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan hompipah dan pingsut.
·         Kedua pemain yang menjadi pemegang tali pingsut untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan giliran bermain terlebih dahulu jika ada pemain yang gagal melompat.
·         Kemudian pemain yang jaga merentangkan karet dan para pemain harus melompatinya satu per satu. Ketinggian karet mulai dari setinggi mata kaki, lalu naik ke lutut, hingga pinggang. Pada tahap-tahap ketinggian ini, pemain harus melompat tanpa menyentuh tali karet. Jika ada pemain yang menyentuh tali karet ketika melompat, gilirannya bermain selesai dan ia harus menggantikan pemain yang memegang tali.
·         Selanjutnya posisi karet dinaikkan ke dada, dagu, telinga, lalu ke atas kepala, kemudian sejengkal di atas kepala dan tangan yang diangkat ke atas (atau biasa disebut “merdeka”). Pada tahap ketinggian ini pemain diperbolehkan menyentuh karet ketika melompat, asalkan pemain dapat melewati tali tanpa terjerat. Selain itu, pemain juga boleh menggunakan berbagai gerakan untuk mempermudah lompatan, asalkan tidak memakai alat bantu. Gerakan-gerakan untuk mempermudah diantaranya adalah koprol dan “buka baju. “Buka baju” disini maksudnya bukan membuka pakaian pemain, tetapi dengan merentangkan serta melilitkan tangan ke untaian karet, kemudian pemain diperbolehkan molos ke bawahnya. Teknik ini biasanya dilakukan oleh “anak bawang”.
·         Pemain yang tidak berhasil melompati tali karet harus menghentikan permainannya dan menggantikan pemain pemegang tali.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Kicau Anak Bawang

Powered by Blogger.

Tulisan populer

Tamu Anak Bawang

Copyright © Komunitas Anak Bawang| Desain: Alie Poedjakusuma