- Back to Home »
- filosofi permainan tradisional , galasin , gobag sodor , Permainan , permainan anak , permainan tradisional , permainan tradisional jawa tengah »
- Gobag Sodor / Galasin
Posted by : Unknown
Tuesday, 15 September 2015
Permainan tradisional ini akrab di kalangan anak-anak di tahun
1970-an dan sering dimainkan oleh anak laki-laki maupun kadang-kadang orang
dewasa oleh kalangan masyarakat Jawa di waktu senggang, apalagi ketika malam
bulan purnama. Salah satu kegiatan mengisi bulan purnama biasanya dengan
memainkan permainan tradisional berupa permainan gobag sodor.
Kata gobag sodor terdiri dari dua kata gobag dan sodor. Gobak berarti
bergerak bebas dan menjadi nggobag yang berarti berjalan
memutar. Sedangkan arti kata sodor sama dengan watang yaitu
semacam tombak yang panjangnya 2 meter tanpa mata tombak yang tajam pada
ujungnya. Di samping pengertian di atas, terdapat pendapat yang mengatakan
bahwa kata gobag sodor berasal dari istilah bahasa asing,
yaitu go back through the door karena permainan ini dimainkan
dengan maju mundur melalui pintu-pintu. Perubahan idiom tersebut ke dalam
bahasa Jawa diakibatkan oleh penyesuaian lafal untuk memudahkan pengucapan,
sehingga dalam lidah jawa diucapkan “go bag so dor” selanjutnya
menjadi kata “gobag sodor”. Ada juga yang menyebut permainan ini dengan
sebutan galasin, yang diduga sebutan ini merupakan adaptasi dari bahasa Inggris “go
last in”. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Galasin berasal dari frase Galah
Asin. Disebut galah karena para pemain dari tim jaga berusaha meraih sejauh
mungkin dengan tangannya supaya bisa menyentuh pemain dari tim lawan. Sehingga
mirip dengan galah yang biasanya digunakan untuk meraih buah yg ada di puncak
pohon.
Permainan tradisional yang berkembang tidak terlepas dari budaya Jawa pada masa silam.
Menurut Ariani (1997) awal mula permainan gobag
sodor muncul karena diilhami oleh sodoran yaitu suatu
permainan yang merupakan latihan keprajuritan yang dilakukan oleh orajurit
kraton di alun-alun. Dalam permainan ini para prajurit dibagi dua naik kuda
dari arah yang berlawanan berlari mendekat sambil membawa sodor atau watang.
Setelah dekat masing-masing dari prajurit tersebut berusaha untuk menjatuhkan
lawannya dari kuda dengan sodor atau watang mereka
masing-masing. Pemain yang jatuh dari kuda dianggap kalah sedangkan pemain yang
berhasil menjatuhkan lawan dianggap sebagai pemenang.
Kata sodor dalam permainan gobag sodor merupakan
penjaga garis sumbu atau garis sodor yang membagi lapangan
menjadi dua. Sedang garis sodor merupakan lalu lintas si sodor untuk
mempersempit ruang gerak para pemain yang sedang mentas sehingga mudah
menyentuhnya. Lawan yang sudah tersentuh oleh sodor dianggap
mati. Permainan ini disebut dengan gobag sodor mungkin karena sesuai
dengan jalannya permainan yang dilakukan dengan bebas dan berputar-putar sebab
selalu dikejar-kejar oleh si sodor dari kelompok yang jaga.
Asal mula yang pasti mengenai permainan ini belum diketahui. Namun demikian,
permainan gobag sodor sejak berdirinya Kasultanan Yogyakarta
pada pertengahan abad 18 telah dipercaya telah dikenal dan tersebar di seluruh
pelosok Daerah Istimewa Yogyakarta.
Manfaat
Bermain Gobag Sodor:
Menurut Siagawati, dkk (2007) permainan tradisional gobag
sodor memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, antara lain
nilai kegembiraan, nilai kejujuran, nilai sportivitas, nilai perjuangan hidup,
nilai kerjasama, nilai kekompakan, nilai sosial skill, nilai
kesehatan, nilai kelincahan, nilai spiritualisme, nilai pengaturan strategi,
nilai kepemimpinan.
Transfer nilai dalam permainan gobag sodor terjadi
melalui penghayatan yang langsung dari pengalamannya bermain. Anak akan memiliki nilai
kejujuran karena dalam bermain ia juga berusaha untuk jujur. Nilai juga bisa
diperoleh anak melalui pembiasaan aturan yang ada dalam permainan tersebut.
Misalkan anak terbiasa untuk sportif maka ia akan memiliki nilai sportivitas
dengan sendirinya. Anak
akan melakukan pengaturan strategi atau memimpin melalui cara menirukannya dari
anak yang lebih tua dalam memimpin dan mengatur permainan gobag sodor,
hingga akhirnya anak yang lebih kecil juga memiliki nilai pengaturan strategi
dan kepemimpinan.
Melalui permainan gobag sodor ini anak dapat
melatih kemampuan bekerja sama dalam tim dan melatih kemmapuan kepemimpinan
dalam memimpin suatu tim atau kelompok. Selain itu, permainan ini juga menuntut
pelaku bermain untuk bersikap sportif dalam permainan dan tidak boleh curang
atau egois. Anak-anak juga dituntut untuk bermain energik karena memang sifat
permainan ini cepat sehingga dapat pula digunakan untuk mengasah ketangkasan
(motorik kasar) pada anak. Dalam permainan ini pula anak dapat melatih semangat
juang untuk meraih kemenangan dalam permainan sehingga anak akan tidak mudah
putus asa.
Cara
Bermain:
1.
Peserta berjumlah genap dibagi menjadi dua kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari empat orang. Maka dibuatlah arena berupa garis
melintang sebanyak empat buah. Salah satu kelompok menjadi pemain (mentas) dan
kelompok lain menjadi penjaga garis (Jaga).
2. Kelompok jaga berjaga
di garis melintang dan pergerakannya tidak boleh di luar garis. Penjaga yang
boleh melalui garis sumbu atau sodor adalah penjaga garis melintang pertama (Lawang
ngarep) yang juga disebut sodor.
3.
Kelompok mentas harus mampu melewati
keempat garis melintang tadi.
4. Bila seorang kelompok mentas tersentuh
oleh anggota kelompok jaga, berarti kelompok itu kalah dan
terjadilah pergantian kelompok.
5. Demikian juga bila dalam suatu kotak berisi lebih dari
satu pemain, maka kejadian itu disebut dengan kobong. Hal itu
berarti mati/gugur sehingga harus berganti pemain.
6. Bila salah satu anggota kelompok mentas berhasil
menyeberangi garis melintang dan kembali lagi ke posisi start tanpa tersentuh
penjaga, berarti kelompok itu menang.
7.
Kelompok yang kalah harus menerima hukuman.