- Back to Home »
- Catur Solo , Featured , Parade Dolanan , Solo Paragon , Soloblitz , Timlo »
- [Soloblitz] Digelar di Mal, Dolanan Bocah Kurang Diminati
Posted by : Unknown
Sunday, 28 July 2013
SOLO – Komunitas Anak Bawang menggelar parade mainan dan permainan
tradisional di komplek lantai 1 Solo Paragon Lifestyle Mall, Minggu
(28/7/2013) pagi. Sayangnya kegiatan ini mengambil tema Parade Dolanan
Bocah ini tak begitu diminati pengunjung mal.
“Sengaja diselenggarakan di area mal agar anak-anak modern masa kini
masih bisa mengenal mainan tradisional mengingat lahan untuk mendapatkan
bahan dan alat dari alam mulai terbatas,” ujar Suprapto, koordinator
acara.
Selain itu, diharapkan anak-anak yang mayoritas lebih memilih perangkat elektronik untuk mainan, bisa melirik kembali permainan daerah yang lebih menyenangkan. Mainan yang disediakan antara lain dakon, egrang, engklek, uding, bakiak, bambu pletokan, malingan, gangsing, bekelan, egrang batok, dan masih banyak lagi.
Kendati sejumlah pengunjung mal sebagian besar mengajak serta anak-anak mereka. Sayangnya tidak semua tertarik.
“Dari jam 11 sudah dipersiapkan media untuk bermain hingga jam 15.00 WIB nanti, namun anak-anak hanya lewat. Diperkirakan anak-anak akan bertambah menjelang sore nanti,” ujarnya.
Padahal, mainan tradisional tak sekadar permainan biasa. Selalu ada filosofi dari setiap permainan.
“Setiap mainan pasti memiliki filosofi tersendiri, seperti malingan atau sering disebut magang lurah terdiri dari beberapa lidi. Satu di antaranya paling panjang dengan filosofi sebagai lurah yang bisa menyelamatkan rakyat (lidi berukuran lebih kecil, red),” jelasnya. (Soloblitz)
![]() |
Seorang anak tengah asyik bermain catur jawa. Soloblitz/Indira Jayendra |
Selain itu, diharapkan anak-anak yang mayoritas lebih memilih perangkat elektronik untuk mainan, bisa melirik kembali permainan daerah yang lebih menyenangkan. Mainan yang disediakan antara lain dakon, egrang, engklek, uding, bakiak, bambu pletokan, malingan, gangsing, bekelan, egrang batok, dan masih banyak lagi.
Kendati sejumlah pengunjung mal sebagian besar mengajak serta anak-anak mereka. Sayangnya tidak semua tertarik.
“Dari jam 11 sudah dipersiapkan media untuk bermain hingga jam 15.00 WIB nanti, namun anak-anak hanya lewat. Diperkirakan anak-anak akan bertambah menjelang sore nanti,” ujarnya.
Padahal, mainan tradisional tak sekadar permainan biasa. Selalu ada filosofi dari setiap permainan.
“Setiap mainan pasti memiliki filosofi tersendiri, seperti malingan atau sering disebut magang lurah terdiri dari beberapa lidi. Satu di antaranya paling panjang dengan filosofi sebagai lurah yang bisa menyelamatkan rakyat (lidi berukuran lebih kecil, red),” jelasnya. (Soloblitz)